Archive for 2013
DOWNLOAD DONGENG
By : RUMAH MAYA KU
Berikut ini adalah dongeng yang saya bawakan saat live di Radio Edukasi. Dongeng ini dapat digunakan untuk media pembelajaran atau untuk diperdengarkan kepada putra-putri kita....
Cara mendownloadnya adalah, klik judul dongeng yang ingin di unduh, otomatis file akan terunduh di komputer anda. Semoga bermanfaat.
Tag :
DOWNLOAD,
Materi Bimtek E-pembelajaran DIY
By : RUMAH MAYA KU
untuk mendownload materi memasukan swf di powerpoint silahkan KLIK DI SINI atau klik di gambar
Tag :
DOWNLOAD,
Mendongeng Untuk Guru-Guru SMP
By : RUMAH MAYA KUMendongeng di sebuah perbincangan sastra guru-guru SMP beberapa waktu lalu...
Tag :
Video,
SAHABAT-SAHABAT MUNGIL KU
By : RUMAH MAYA KUKetika kita mau sejenak merendahkan badan dan juga merendahkan hati, kita akan jumpai sebuah dunia mungil yang mempesona. Ketika pertama saya berkenalan dengan dunia itu, serasa sedikit masih canggung. Namun ketika saya lihat keramahanya, saya mulai akrab denganya.... Kini mereka menjadi sahabat-sahabat mungil ku..
Menikmati Pagi Bersama Bunga Rumput
Di Ujung Rindu
Si Mungil
Menatapmu
Menikmati Nektar Kehidupan
Pagi Hari dan Segarnya Bunga
Meniti Bunga Rumput
Menghisap Nektar
Menghirup Kesegaran
Bunga Jambu Batu 1
Bunga Jambu Batu 2
Pesona Kecantikan Putri Malu
Hinggap Sejenak
Ijinkan Aku Mengecup Nektarmu
Semangat Mencari Rejeki
Generasi baru
Berduri Namun tak Menyakiti
Tag :
KARYA FOTO,
SI MUNGIL YANG CENTIL
By : RUMAH MAYA KUKepik dan capung adalah sahabat mungilku yang selalu setia menjadi model. Lihatlah betapa centilnya mereka ketika mata lensa mengarah padanya....!
Tag :
KARYA FOTO,
Manfaat Dongeng
By : RUMAH MAYA KU
Pembentukan Kecendekiaan, Keindahan Etis, dan Imajinasi Kreatif dalam Mendengarkan Dongeng Kancil
Oleh: Arif Rahmanto
A. Pendahuluan
Era global yang telah dan sedang
kita rasakan sekarang akan secara otomatis menggiring kita pada tingkat
persaingan bebas antar bangsa yang sangat ketat. Sangat mungkin terjadi sebuah
negara akan termarjinalkan di antara bangsa lain. Pemarjinalan ini diakibatkan
oleh eksistensi sebuah bangsa yang rapuh sehingga menjadikannya pudar dan
menghilang. Kita harus mulai menyusun strategi untuk memperkuat eksistensi
bangsa kita di tengah persaingan peradaban ini. Pemunculan keunggulan
kompetensi spesifik bangsa kita harus dimunculkan dan dikuatkan. Hilangkan
segera kebiasaan mengekor atau meniru kompetensi spesifik bangsa lain yang
hanya akan mengakibatkan bangsa kita menjadi subordinasi dalam pusaran rotasi
peradaban di era global ini.
Salah satu kompetensi spesifik
bangsa kita adalah kepemilikan kita terhadap sebuah harta karun yang bernama kebudayaan. Sebenarnya
kebudayaan kita yang adiluhung ini telah menjadi kekaguman banyak pihak
terutama bangsa lain. Sebuah bukti yang nyata terlihat saat ini bahwa di
Belanda dan sejumlah negara telah membuka pusat studi khusus tentang budaya
kita. Ini sungguh ironis ketika kita melihat kenyataan bangsa kita yang justru
masyarakatnya mulai pelan-pelan menanggalkan dan melupakan budayanya sendiri
dan mengagumi budaya orang lain. Saat ini ketika kita hendak mencari pustaka tentang
budaya nusantara kita harus pergi dulu ke Belanda, karena di sana banyak
tersimpan pustaka-pustaka budaya kita dengan lengkap. Kenyataan ini harus
segera kita sadari, kemudian menyusun strategi untuk mengembalikan budaya kita
ke rumahnya sendiri yaitu di hati masyarakat bangsa ini.
Salah satu strategi itu adalah
pelestarian kembali budaya cerita rakyat yang dulu
pernah berkembang subur di hati masyarakat kita. Hampir seluruh etnis mulai
dari ujung Sumatra hingga ujung Papua memiliki beribu-ribu cerita yang telah
lama menjadi koleksi masyarakat. Banyak manfaat dapat kita ambil dari khasanah
cerita rakyat ini. Beberapa manfaat itu di antaranya: membentuk nilai kecendekiaan,
keindahan yang berdimensi etis, dan imajinasi kreatif (lihat: Suminto A Sayuti,
Oktober 2004, Makalah Budaya Global, Masyarakat Kita, dan Sastra).
1. Membentuk nilai-nilai kecendekiaan
Cerita rakyat, baik fabel, legenda,
mite, dan sage akan terasa kuno untuk dinikmati. Hal ini disebabkan oleh adanya distorsi
budaya global yang menawarkan banyak hal. Padahal tanpa kita sadari distorsi
ini akan menggiring kita pada pembentukan masyarakat yang filistinisme, yaitu
peminatan terhadap harta benda dan penafikan terhadap nilai-nilai kecendekiaan.
Padahal budaya kita selalu memberi
pelajaran kebersahajaan menuju sebuah nilai kecendekiaan. Pemerolehan harta
benda hanyalah sebuah akibat dari proses kebersahajaan dan bukan menjadi tujuan
utama. Sebut saja sebuah cerita ketika Kancil hendak menjadi filitinisme, sehingga ia
mencuri mentimun Pak Tani maka ia akan menerima akibat dari tindakannya itu.
Hingga akhirnya Kancil sadar bahwa materi dan harta benda bukan menjadi tujuan
namun adalah hasil akibat dari kebersahajaan. Lebih jelas lagi ketika kita
melihat cerita Kancil dalam Kancil
Paramasastra. Terlihat di sana akhirnya Kancil menemukan
kepasrahan dan kebersahajaan dalam kehidupan setelah melakukan berbagai sepak
terjang dalam kehidupan.
2. Membentuk nilai-nilai keindahan yang berdimensi etis
Cerita rakyat kita memiliki
keindahan yang arif. Setiap ceritanya memiliki konflik yang indah hingga
penyelesaianya. Semua mengandung keindahan yang berdimensi pada sikap budaya
timur yang pas terasa jika diterapkan dalam kehidupan kita. Betapa indahnya
ketika Jaka Kendhil diterima menjadi suami seorang putri kerajaan dengan segala
kekurangannya. Betapa indahnya ketika Lutung Kasarung menolong dengan ikhlas
seorang putri yang sedang diasingkan. Keindahan-keindahan itu selalu membawa
sikap-sikap yang etis dan santun.
3. Membentuk imajinasi kreatif
Ketika seorang anak mendengarkan
sebuah cerita secara langsung dari pencerita atau pendongeng, maka akan terjadi
interaksi imajinasi. Interaksi imajinasi ini memungkinkan terbentuknya
imajinasi yang kreatif bagi pendengarnya.
Pembentukan imajinasi kreatif ini
lebih berpeluang jika cerita rakyat disampaikan secara langsung atau face to face. Anak-anak
yang menatap lekat pencerita atau pendongeng saat bercerita di situlah secara
tidak sadar anak-anak akan mengembara ke dunia imajinasi. Keunggulan
penceritaan secara langsung ini tidak dimiliki oleh media audio visual yang
berkembang saat ini seperti televisi, CD, dan lainnya. Media-media audio visual
ini justru akan menggiring anak pada imajinasi terpimpin. Anak tak perlu
lelah-lelah berimajinasi karena semua deskripsi cerita telah gamblang terpapar
di depan matanya. Kelengkapan imajinasi di media audio visual ini mengakibatkan
anak cenderung bersifat pasif dan hanya menerima cerita tersebut. Sehingga
ketika anak-anak sedang senang menonton film Sponge Bob maka ketika disuruh menggambar bintang laut semua
anak yang senang film itu akan menggambar sama, yaitu seperti patrick. Kita
dapat membandingkan ketika anak mendengar dongeng Kancil secara langsung,
kemudian setelah itu anak-anak kita beri lembaran kertas maka anak-anak akan
menggambar berbagai warna dan bentuk tentang Kancil. Di sinilah letak imajinasi
kreatif itu.
Untuk memperlihatkan beberapa
kemanfaatan dan teknik bercerita maka berikut ini akan dicontohkan sebuah
cerita rakyat Si Kancil yang telah disadur bebas. Cerita ini berkembang secara lisan sejak dahulu
di Jawa Tengah dan DIY.
B. Cerita Rakyat Kancil, Harimau, dan Keong
Gelap telah berlalu diusir mentari
pagi. Meskipun kabut masih tebal menyelimuti Kampung Hutan. Satu persatu para
penduduk Kampung Hutan mulai bangun. Diawali oleh ayam hutan. Seperti biasa ia
berteriak membangunkan yang lain. Kemudian disusul oleh burung-burung yang
dengan riang melantunkan suara merdunya memuji keindahan alam ciptaan Tuhan.
Sepertinya hari ini akan cerah. Nampak dari timur perlahan, tapi pasti matahari
memunculkan wajahnya dan menyapa seluruh warga Kampung Hutan dengan kata
”Selamat pagi semua!”
Si Kancil terbangun dari tidurnya.
Ia menguap sejenak. Lalu melompat menuju padang rumput yang hijau untuk
sarapan. Nampak di sana beberapa kelompok hewan warga Kampung Hutan telah lebih
dahulu sarapan. Kebiasaan sarapan bersama di padang rumput ini memang sering
mereka lakukan. Biasanya mereka membicarakan apa saja di sana.
Ketika mereka sedang asyik makan
rumput tiba-tiba ada sepasang mata yang merah sedang mengawasi mereka. Sepasang
mata itu ternyata adalah seekor harimau yang lapar. Ia sedang mengicar salah
satu dari hewan hutan yang sedang asyik makan di padang rumput itu.
“Awas....! Ada harimau.......
lariiiiiiiii!” teriak Kambing yang melihat kehadiran Harimau.
Mereka semua kaget dan berhamburan
lari meninggalkan padang rumput itu. Namun Kancil yang tempatnya terlalu dekat
jaraknya dari harimau tidak sempat berlari. Ia pun pasrah. Kancil benar-benar
dalam bahaya.
“Kau takkan bisa lari, Cil! Kali ini
kamu akan menjadi pengganjal perutku, ha....ha....ha!” seru Harimau sambil
ketawa terbahak-bahak.
Keringat dingin mulai mengalir. Ia
harus segera berpikir keras untuk menyelamatkan diri.
“Tunggu sebentar Tuan Harmau!” seru
Kancil.
“Ada apa, Cil? Apakah ada
pesan-pesan terakhir sebelum aku memakanmu?” tanya Harimau.
“Pernahkah kamu makan daging Kancil
sebelum ini?” tanya Kancil.
“Belum, aku baru sekali ini hendak
memakan daging Kancil. Cepatlah kau bersiap!” seru Harimau.
“Sabar Tuan Harimau! Aku akan
beritahukan sesuatu,” kata Kancil.
“Cepat, Cil! Perutku sudah lapar
sekali!” seru Harimau.
“Baiklah, aku beritahu ya.
Sebenarnya dagingku sangatlah enak, namun itu akan tidak berarti jika ada satu
bagian tubuhku ini tidak ada,” kata Kancil.
“Maksudmu bagaimana, Cil?” tanya
Harimau penasaran.
“Dagingku akan lezat jika ada
hatiku. Nah, hari ini aku lupa tidak membawa hatiku,” kata Kancil.
“Benarkah? Lantas kau tinggal di
mana hatimu, Cil?” sahut Harimau.
“Hatiku aku tinggal di seberang
sungai. Ijinkan aku sebentar mengambilnya!” pinta Kancil.
“Baiklah. Tapi awas jika kamu hendak
melarikan diri. Aku akan memakanmu hingga tulang-tulangmu,” ancam Harimau.
“Masa Tuan Harimau tidak percaya
padaku. Adalah sebuah kehormatan jika aku dapat mempersembahkan dagingku ini
kepada Sang Raja Hutan,” kata Kancil menyanjung Harimau.
“Ya, aku percaya, tapi cepatlah
sedikit! Aku sudah benar-benar lapar!” seru Harimau tak sabar.
“OK!” jawab Kancil seraya melompat
meninggalkan harimau dan berlari menjauhnya.
Matahari terus bersinar. Angin
semilir menerpa dedauan. Kancil menghirup udara yang segar udara kebebasan dan
kemenangan.
Kancil melompat riang di antara
rimbun hutan. Sambil sesekali menengok ke belakang. Melihat apakah Harimau
mengikutinya. Setelah yakin sudah berlari jauh dan Harimau tidak mengikutinya.
Kemudian Kancil duduk beristirahat di bawah pohon rindang di tepi sungai.
Anginnya sungguh sejuk dan semilir. Sambil menikmati kemenangan yang baru saja
ia peroleh.
“Ha... ha... ha..., dasar Harimau
bodoh! Masa ada hati di tinggal di sembarang tempat. Aku memang benar-benar
pintar,” gumam Kancil membanggakan dirinya.
Kemudian ia berdiri dan berteriak
bangga, “Aku memang hewan paling pintar di hutan ini! ha...ha...ha...ha!”
Tiba-tiba ada suara terdengar
mengagetkan Kancil.
“Hai jangan berisik. Ganggu orang
tidur aja!” suara itu terdengar dari sungai.
“Hai, siapa itu yang berbicara?”
tanya Kancil kaget.
“Seharusnya aku yang bertanya.
Ngapain siang bolong begini teriak-teriak mengganggu istirahatku?” suara itu
balik bertanya.
Kancil mendekati sungai. Dilihatnya
seekor keong sedang asyik berbaring di balik bebatuan sungai.
“Aha......, ternyata kamu hewan
pemalas!” kata Kancil mengejek.
“Apa? Sembarangan saja kamu bicara,”
jawab keong tersinggung.
“E..., Keong! Jangan tersinggung
begitu, emang kenyataannya begitu. Semua hewan di hutan ini juga tahu, kalau
kamu pemalas,” ejek Kancil lagi.
“Bukannya aku pemalas ,Cil. Aku ini
sedang istirahat karena habis bekerja keras,” Keong beralasan.
“Apa? Bekerja keras? Ah yang benar
saja? Masa keong bekerja keras. Kalau Kancil mungkin demikian,” kata Kancil
menyombongan diri.
“Semakin tidak mengenakkan saja
kata-katamu, Cil! Memangnya kamu sedang bekerja keras apa?” Keong bertambah
marah.
“Dengar nih, aku baru saja
mengalahkan raja hutan. Ia telah berhasil aku tipu. Aku memang benar-benar tak
ada tandingnya,” kata Kancil.
“Sombong benar kamu, Cil! Kamu dapat
mengalahkan Harimau, tapi belum tentu kamu dapat mengalahkan aku,” kata Keong
dengan nada menantang.
“Ha......, kamu menantangku?
Ha...ha...ha! Sudahlah Keong, tak usah bercanda kamu!” seru Kancil.
“Aku serius, Cil! Meskipun aku
terlihat lemah, tapi aku akan buktikan bahwa aku dapat mengalahkanmu!” kata
Keong dengan tegas.
“Baiklah jika kamu memaksa. Lantas
kamu mau menantang aku apa?” tanya Kancil.
“Aku menantangmu lomba lari!” kata
Keong dengan wajah serius.
“Ha...ha...ha, apa kamu bilang?
Berlari? ha...ha...ha!” Kancil tertawa terpingkal-pingkal setengah mengejek
tantangan Keong.
“Kau jangan meremehkan aku, Cil!
Kita akan buktikan besok pagi. Siapa yang menang dalam pertandingan ini,” kata
Keong.
“Baik, baik! Tapi ingat ini adalah
tantanganmu. Bukan aku yang mengajak. Tolong juga besok kamu undang semua warga
hutan agar menyaksikan pertandingan ini!” seru Kancil.
“Baiklah. Aku tunggu besok pagi di
sini,” kata Keong.
Matahari memunculkan warna senja.
Pertanda terang akan berganti malam. Burung-burung telah pulang ke sarangnya.
Hewan-hewan warga hutan menata rumah-rumahnya untuk istirahat. Berita
pertandingan lari antara Keong dan Kancil telah tersebar dari mulut ke mulut
malam itu. Kebanyakan dari mereka heran dan penasaran mengapa ini dilakukan
Keong. Jelas di benak mereka tentu Kancil akan memenangkan pertandingan itu.
Tetapi keraguan itu tidak tampak dari raut wajah Keong yang sedang berkumpul di
tepi sungai. Sepertinya mereka merencanakan sesuatu. Suara pembicaraannya
hampir tak terdengar oleh warga hutan yang lain. Mereka berbicara dengan saling
berbisik.
“Dalam pertandingan besok, kita
diuntungkan karena hampir semua Keong memiliki bentuk dan ukuran yang sama,”
kata seekor Keong.
“Tugas kalian besok adalah berjajar
di dalam sungai tiap satu meter sampai di garis akhir. Setiap Kancil hendak
mencapai tempat kalian. Kalian harus berteriak. Teriakan ini dilakukan oleh
keong yang berada di depan Kancil,” kata Keong yang merupakan pemimpin.
“Kalian mengerti?” teriaknya.
“Ya......!” keong yang lain menjawab
serempak.
Keesokan harinya, hampir semua warga
hutan berkumpul di pinggir sungai. Mereka benar-benar ingin menyaksikan
pertandingan yang dianggapnya aneh itu. Kali ini Prenjak, si burung lincah itu
ditunjuk menjadi wasit oleh Kancil dan Keong.
“Sudahlah, Keong! Sebenarnya aku
malas dengan pertandingan ini. Semua hewan tahu bahwa aku bakal menang!” seru
Kancil dengan nada sombong.
“Cil, aku pikir kita tidak usah
banyak bicara. Sebaiknya kita mulai saja pertandingan ini,” ujar Keong.
“Baiklah, kalau kamu hanya ingin
malu. Akan aku ladeni tantanganmu,” kata kancil masih dengan nada malas.
“Apakah kalian siap!” teriak Prencak
memberi aba-aba.
“Ya kami siap!” jawab keduanya.
“Satu.....dua......ti.....ga!!!!”
teriak Prencak.
Kancil dengan santainya melangkahkan
kaki. Ia tetap meremehkan Keong. Setelah berjalan satu meter Kancil melongok ke
sungai. Keong tidak tampak.
“Keong! Di mana kamu?” teriak
Kancil.
“Kuk....., aku di sini, Cil!” jawab
Keong yang ternyata berada di depannya. Kancil kaget. Bagaimana bisa Keong
mendahuluinya. Kancil kemudian mempercepat langkahnya. Setelah satu meter ia
kembali melongok ke sungai. Kali ini ia sedikit khawatir jangan-jangan Keong
telah mendahuluinya seperti tadi.
“Keong! Di mana kamu?” teriak
Kancil.
“Kuk....., aku di sini, Cil!” jawab
Keong yang ternyata masih tetap berada di depannya. Kancil makin heran. Ia pun
sangat malu karena setiap jawaban Keong selalu diikuti riuh tepukan penonton
yang ada di sekitar sungai. Kali ini kancil berlari. ia tidak mau ketinggalan
lagi. Setelah beberapa meter kembali Kancil berteriak
“Keong! Di mana kamu?” teriak
Kancil.
“Kuk....., aku di sini, Cil!” jawab
Keong di depannya bahkan jauh di depannya.
Garis akhir telah tampak. Kancil
berlari dengan kencangnya. Kali ini ia yakin bahwa Keong tak kan mungklin dapat
mengalahkannya. Garis akhir ada di hadapannya.
“Maaf Cil, aku sampai di garis ini
lebih dulu!” kata Keong yang telah duduk santai di atas sebuah batu di dekat
garis akhir. Tepuk tangan para warga hutan yang menonton saat itu.
“Bagaimana Keong mengalahkanku,
padahal Keong jalannya sangat lambat?” gumam Kancil heran.
Kancil sangat malu kepada seluruh
penduduk Kampung Hutan. Tanpa berkata-kata ia pun berlari meninggalkan tepi
sungai. Meninggalkan penduduk hutan yang sedang mengelu-elukan kemenangan
Keong. Kancil pergi ke suatu tempat yang sunyi dan merenungkan peristiwa ini.
Akhirnya dengan lirih ia berkata, “kesombongan dan kecongkakan akan membawaku
pada kekalahan yang sebenarnya.”
C. Kemanfaatan
1. Nilai Kecendekiaan
Dalam cerita Kancil, Harimau, dan
Keong di atas terdapat nilai kecendekiaan. Nilai ini dapat kita lihat ketika
Kancil sedang menghadapi Harimau. Betapa cerdiknya dia, dengan mengatakan bahwa
dagingnya tidak akan enak tanpa hatinya, namun hatinya tertinggal di rumah. Di
saat yang sulit dan kritis Kancil dapat memunculkan kecendekiaannya dan tidak
berputus asa. Ini mengajarkan kepada anak-anak bagaimana seharusnya menghadapi
sesuatu dengan kecendekiaan bahkan di saat yang sulit dan kritis sekalipun.
Kecendekiaan juga dapat ditemukan
ketika Keong hendak menghadapi Kancil. Mereka bermusyawarah bagaimana caranya
mengalahkan Kancil yang tentu saja memiliki kecepatan lari yang lebih. Dalam
bagian ini terlihat kecendekiaan kolektif dalam masyarakat Keong karena ide
pemikiran itu ditransfer dalam musyawarah. Ini mengajarkan kepada anak-anak
kencendekiaan dapat dimunculkan secara kolektif dengan cara pentransferan
(baca: diajarkan). Pentransferan kecendekiaan akan membuat sebuah komunitas
masyarakat menjadi komunitas yang cendekia. Komunitas yang cendekia sangat
mungkin membentuk bangsa yang cendekia.
2. Nilai Keindahan Etis
Keindahan etis dalam cerita ini
terdapat dalam pesan-pesan moral yang disampaikan. Mulai dari pesan moral
pendukung hingga pesan moral utama. Pesan moral pendukung adalah pesan-pesan
moral yang disampaikan sebagai ilustrasi pendukung alur. Pesan moral pendukung
ini merupakan kreativitas dari pencerita. Suatu cerita akan memiliki pesan
moral pendukung yang berbeda jika diceritakan oleh pencerita lain meskipun
judul ceritanya sama. Dalam cerita Kancil, Harimau, dan Keong, kita dapat
melihat keindahan etis dalam pesan moral pendukung ketika warga Kampung Hutan
setiap pagi selalu sarapan bersama di padang rumput yang hijau. Kita lihat saat
warga hutan menyapa ketika bangun pagi. Ini mengajarkan kepada anak betapa
indahnya sebuah kebersamaan. Keindahan juga dapat dilihat ketika Keong
bermusyawarah untuk memecahkan suatu masalah. Mengajarkan kepada anak bahwa
masalah sesulit apapun dapat diselesaikan dengan jalan musyawarah.
Keindahan juga terlihat dalam pesan
utama cerita tersebut yaitu bahwa perbuatan jahat pasti akan dikalahkan oleh
sifat baik. Pesan ini terdapat dalam bagian cerita, yaitu sifat buruk Harimau
yang dapat dikalahkan oleh kecerdikan Kancil dan juga ketika kesombongan Kancil
dikalahkan oleh kebersahajaan Keong.
Keindahan juga terlihat dalam pesan
moral utama ketika Kancil menyadari bahwa kesombongan itu hanya akan merugikan
dirinya dan berjanji untuk tidak mengulangi.
3. Membentuk Imajinasi Kreatif
Cerita Kancil, Harimau, dan Keong
ini dapat membentuk imajinasi kreatif pendengarnya. Imajinasi kreatif ini akan
terangkai sejak pendengar mendengarkan cerita ini. Ketika pendongeng
menceritakan betapa damainya suasana hutan, maka pendengar akan berimajinasi
dan membayangkan suasana tersebut. Imajinasi kreatif juga akan muncul ketika
pencerita menceritakan dan menghidupkan para tokohnya. Tokoh kancil dalam
imajinasi seorang pendengar akan berbeda dengan imajinasi pendengar yang lain.
Untuk mengetahui kreativitas imajinasi pendengar maka dapat dilakukan pengujian
yang akan dijabarkan dalam teknik penyajian.
D. Teknik Penyajian
1. Penceritaan
Penceritaan cerita rakyat sebenarnya
tidak memiliki teknik yang rumit. Penyajian dengan media minimalis pun akan
tetap dapat menguraikan kemanfaatan dari sebuah cerita. Namun demikian ada
syarat utama yang harus dimiliki oleh pencerita atau pendongeng. Syarat itu
adalah cerita rakyat haruslah disampaikan secara ekspresif. Untuk
mengekspresikan sebuah cerita maka memiliki teknik dan cara tertentu yaitu:
a. Hidupkanlah tokoh
Setiap tokoh dalam cerita memiliki
watak atau karakter. Ada tokoh berwatak jahat dan baik. Pengekspresian tokoh
berdasarkan watak dapat menghidupkan cerita. Contoh tokoh Harimau dalam cerita Kancil, Harimau, dan Keong sebaiknya suaranya diekspresikan dengan vokal yang menyeramkan sehingga
tergambar dalam imajinasi pendengar watak si Harimau. Ini berbeda ketika Kancil
yang memiliki kecerdasan namun ada sedikit kesombongan, sebaiknya suaranya
dikspresikan dengan suara bernada tinggi. Lalu keong yang terkenal dengan
jalannya yang lambat sebaiknya diekspresikan dengan irama yang pelan mengalun
seperti ketika ia sedang berjalan.
b. Jangan gunakan media berlebihan
Penggunaan media yang berlebihan
justru akan mengakibatkan imajinasi anak akan terbatasi. Ketika seorang
pendongeng membawa media yang sangat lengkap mungkin boneka atau gambar yang
menggambarkan bentuk si tokoh dapat mengakibatkan kreativitas imajinasinya
terbatasi oleh bentuk tersebut.
Pemakaian media berlebihan kadang
membuat suasana yang akan dibangun tidak pas. Sebuah contoh, pendongeng
menceritakan tentang harimau yang bertubuh besar dan seram tetapi media yang
dibawa adalah boneka harimau yang lucu. Ini akan mengakibatkan imajinasi anak
yang telah terbangun dengan cerita terusak oleh kehadiran media.
c. Hidupkan kata-kata
Kata-kata dalam cerita ternyata
mempunyai kekuatan yang luar biasa untuk menghidupkan suasana cerita. Sehingga
akan terbangun sebuah alur yang menarik menuju puncak cerita. Menghidupkan
kata-kata itu dapat kita lakukan dengan mengetahui makna semantisnya. Sebuah
contoh ketika kita mengatakan kata “dingin” maka akan berbeda ekspresinya
ketika kita mengatakan kata “panas”. Kata “dingin” memiliki rasa yang ada di
belakangnya seperi menggigil, membeku, dan lain-lain. Sedangkan kata “pana”s
memiliki rasa terbakar, menyengat, gerah, dan lain-lain. Kata “api” akan
berbeda dengan kata “air” karena keduanya memiliki makna rasa yang berbeda.
2. Penggalian kemanfaatan
Dalam penggalian kemanfaatan ini
dilakukan setelah penceritaan selesai. Penggalian kemanfaatan ini dapat
dilakukan dengan cara menggali kreativitas anak. Penggalian kreativitas anak
dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
Setelah mendengarkan cerita, pendengar atau anak-anak diberi selembar
kertas, alat tulis dan atau alat untuk menggambar.
Anak bebas menuangkan ide berdasarkan cerita yang telah ia dengar dari
pencerita. Boleh berupa gambar, puisi, atau cerita
baru. Di sini akan nampak bahwa anak memiliki imajinasi yang kreatif.
Setelah anak selesai berkreasi kemudian anak diberi waktu untuk memberi
judul pada kreasinya. Dalam kegiatan ini akan muncul kecendekiaan anak-anak dan
keindahan etis yang terbangun dari susunan kalimat dalam judul tersebut.
Dapat pula kita beri waktu kepada anak-anak untuk mempresentasikan secara
sederhana hasil karyanya.
E. Penutup
Dongeng Kancil, Harimau, dan Keong merupakan salah satu khasanah cerita nusantara yang berkembang di
masyarakat Yogyakarta dan Jawa Tengah. Cerita ini
merupakan salah satu sampel dari ribuan cerita yang dapat kita jadikan
kompentensi spesifik budaya kita menghadapi era kesejagadan. Hal ini disebabkan
karena cerita-cerita di seluruh nusantara ini memiliki kemanfaatan yang tidak
diragukan lagi. Di antara kemanfaatan itu adalah kemanfaatan sebagai pembentuk
nilai kecendekiaan, keindahan etis dan imajinasi kreatif pada pendengarnya.
Kemanfaatan ini jika benar-benar digunakan akan dapat membentengi masyarakat
dari pembentukan peradaban sosial yang filistinistik.
_________________
Karya
tulis ini pada tanggal 11 November 2006 meraih juara 2 Karya Ilmiah Populer Budaya Jawa tingkat regional DIY/Jateng, Balai
Kajian Sejarah dan Nilai Tradisi (Tag :
Karya Sastra,